Jumat, 27 Maret 2015

Bandara Halim Dulu Bernama Tjililitan

Pertumbuhan angkutan udara di Indonesia tiga tahun terakhir berkembang pesat hinga mencapai 19 persen. Sehingga Bandara Soekarno – Hatta musti melayani pergerakan 64 pesawat setiap jam. Akibatnya delay dan pesawat yang akan mendarat harus berputar di udara mengantre turun.


Kiranya pemandangan sehari-hari seperti itu tidaklah mungkin dipertahankan. Maka salah satu langkah yang ditempuh, tidak lain meminta pihak TNI AU supaya pangkalan militer mereka dipijam untuk melayani penerbangan sipil. Langkah pemindahan itu merupakan sesuatu yang darurat, dan setelah maskapai Citilink, anak usaha Garuda Indonesia, serta dua maskapai menyusul memindahkan rute ke Bandara Halim Perdana Kusuma , mudahnya disebut Bandara Halim, yakni Garuda Indonesia dan AirAsia, setidaknya terdapat 72 penerbangan bisa beralih dari Soekarno-Hatta. Lantas apabila maskapai lain segera pindah, jadi ada 126 penerbangan komersial dilayani dari Bandara Halim.

Permindahan itu, menurut pemerintah (Kementerian Perhubungan) kebijakan jangka pendek. Artinya setelah pembangunan Terminal III di Soekarno Hatta selesai maka pelayanan di Halim dievaluasi Bagaimanapun evaluasi harus dilakukan, karena kepentingan militer bakal terganggu jika ada penerbangan sipil.

Terlepas dari segala sesuatunya itu, Bandara Halim mempunyai riwayat sejarah panjang. Paling tidak keberadaan Bandara Halim demikian lekat dengan perjalanan Republik Indonesia. Dan riwayat itu terjadi pada 1 November 1928, tatkala pesawat milik maskapai Belanda , Koninkjke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij melalukan terbang alias take off dari Bandara Tjililitan dengan rute Batavia ke Bandung dan Batavia – Semarang hingga Surabaya.

Quote:
Tahun 1928, namanya Bandara Tjililitan. Alkisah memasuki abad ke-20, pada waktu Perang Dunia I, Hindia Belanda merasakan sekali kebutuhan fasilitas pertahanan udara. Pada saat itulah , peristiwa Perang Dunia I sudah melibatkan pesawat terbang. Karenanya pihak Hindia Belanda mulai mencari lahan ideal , khusus untuk kepentingan militer udara di Ibu Kota Batavia.
Kawasan Tjililitan, Jakarta Timur yang dipilih. Sebab kondisi gerografis di daerah yang dilintasi anak sungai Ciliwung, dulu sangat landai serta strategis. Selain dekat dengan obyek vital di pusat pemerintahan Batavia. Di samping untuk pembebasan lahan relatif mudah, soalnya tanah priobadi. Kepunyaan pengusana Pieter van der Velde.

Quote:
Pengembangan dimulai awal tahun 1920. Tahun 1924 seluruh infrastruktur bandara selesai. Tahun 1929 nama Bandara Tjililitan mulai dikenal dunia. Pesawat milik maskapai Belanda KLM sangat berperan mengangkat nama Bandara Tjililitan dalam catatan kedirgantaraan dunia.
Maskapai KLM membuat rekor dunia penerbangan lintas benua. Dengan pesawat Fokker F.Vii, KLM menempuh perjalanan udara dari Belanda menuju Batavia. Tatal menempuh 14.500 kilometer dalam waktu sepuluh hari. Fokker F. VII berisi empat orang penumpang. Sebelum mendarat di Bandara Tjililitan, singgah dulu dibeberapa negara.


Perang Dunia I berkecamuk di Asia Pasifik. Perjalanan dari Amsterdam menuju Batavia dalam waktu sepuluh hari adalah rekor, walau tahun 1934 waktu tempuh yang semula 10 jam akhirnya dipersingkat menjadi 5,5 hari. Tapi dengan pesawat jenis lain yakni Douglas DC -2 berpenumpang 14 orang.

Begitu Douglas DC-2 yang mendapat julukan Uliver mendarat di Bandara Tjililitan, sambutan pun meriah. Unliver ini mendarat dari etape terakhir Singapura – Batavia selama tiga jam sepuluh menit. Langsung Kapten pesawat Parmentier diwawancarai oleh suatu stasiun radio di Tjilitan dan disiarkan hingga Belanda. Betapa penerbangan Douglas DC-2 dari Amsterdam – Batavia ialah revolusi yang ditulis tinta tebal dalam sejarah penerbangan dunia.

Lidah warga Belanda menyebut Vliegeld , artinya lapangan udara, Tjililitan. Sejalan dengan pengembangan Tjililitan, pihak Hindia Belanda membangun Bandar Udara Kemayoran (1928) yang sengaja diarahkan untuk melayani penerbangan sipil . Tatkala itupun maskapai penerbangan Belanda melakukan merger 32 perusahaan , yang akhirnya bernama Koninklijke Luchtvaart Maatschappij, disingkat KLM, yang terbentuk pada 16 Juli 1928.

Jepang menggeser kedudukan Hindia Belanda, tahun 1942. Fungsi Bandara Tjililitan dan Bandara Kemayoran untuk pangkalan pesawat tempur dan logistik militer, terutama minyak. Lalu sejarah bergulir sampai Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamisrkan Kemerdekaan Indonesia, bahwa Ibukota Jakarta hanya punya bandara militer.

Tahun 1949 sesuai hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag, 23 Agustus 1949, pangkalan udara Tjilitan dengan segala fasilitas diserahkan kepada Angkatan Udara Republik Indonesia. Penyerahan secara resmi otoritas militer kedua negara terjadi pada 20 Juni 1950 di depan Base Operation Pangkalan Udara Tjililitan. Pada tahap berikutnya nama Bandara Udara Tjililitan diubah menjadi Halim Perdana Kusuma.

Pergantian nama itu demi menghormati penerbang bumiputera yang gugur ketika berjuang menyelundupkan persenjataan dari Thailand untuk melawan agresi pertama Belanda bersama Iswahyudi. Awal Tahun 1950-an, armada tempur udara Indonesia masih terbatas, maka di Halim Perdana Kusuma dibangun bermacam fasilitas, termasuk dibangun asrama, pergudangan dan rumah sakit tentara.

Sejarah tidaklah mandeg alias berhenti, melainkan bergulir terus entah sampai kapan . Sekarang, mulai Januari 2014, Bandara Halim dipinjam untuk melayani penerbangan sipil yang betul-betul (di Indonesia) berkembang pesat. Demikianlah sekelumit perjalanan Bandara Halim , yang jelas-jelas memang bergerak penuh warna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar