Jumat, 05 Juni 2015

Para Tokoh Dunia Dibunuh Melalui Racun dan Zat Radioaktif BAG II

Selain intelijen AS, beberapa intelijen dari negara-negara sekutunya juga berbuat operasi rahasia yang sama, namun tetap harus disetujui terlebih dahulu oleh intelijen AS dan Mossad Israel, Perancis misalnya.



Agen rahasia Prancis disebut-sebut berada di balik terbunuhnya pemimpin Libya, Kolonel Muammar Qadhafi (Muammar Muhammad Abu Minyar al-Gaddafi) dengan masa jabatan 1 September 1969 – 20 September 2011. Ia sebelumnya ditangkap dalam keadaan segar-bugar, namun dihabisi saat hendak dibawa ke rumah sakit.

Motif pembunuhan, menurut sumber-sumber Libya, adalah untuk menghentikan Qadhafi agar tak buka mulut soal hubungannya dengan Nicolas Sarkozy, yang disebut-sebut sangat dekat. Sarkozy adalah Presiden Prancis pada saat itu.

Qadhafi tewas pada tanggal 20 Oktober 2012 dalam serangan di kota kelahirannya, Sirte, oleh para pejuang dari rezim baru. Sumber-sumber diplomatik di Tripoli, ibu kota Libya, menyatakan untuk surat kabar Corriere della Serra Italia bahwa sang pembunuh kemungkinan besar adalah utusan Sarkozy.

“Sejak awal dukungan NATO untuk revolusi, sangat didukung oleh pemerintah Nicolas Sarkozy, Qadhafi terang-terangan mengancam akan mengungkapkan perincian hubungannya dengan mantan Presiden Prancis, termasuk jutaan dolar yang dibayarkan untuk membiayai pencalonannya pada pemilu tahun 2007,” tulis media ini.

Salah satu sumber Tripoli mengatakan, “Sarkozy memiliki setiap alasan untuk mencoba membungkam Kolonel secepat mungkin.”


Para mantan pemimpin Barat, termasuk Sarkozy dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, diam-diam menjalin hubungan personal dengan Qadhafi.

Mereka mengunjungi dia secara teratur dan membantu untuk memfasilitasi bisnis bernilai miliaran dolar Amerika dengan negara itu.

Bahkan sebelum adanya penjara Guantanamo, AS pernah meminta izin kepada Khadaffi untuk membuat sebuah penjara persis seperti Guantanamo di tengah gurun Libya.

Awalnya Khadaffi tak setuju dengan permohonan AS yang ingin membuat penjara mirip Guantanamo tersebut. Namun akhirnya penjara tersembunyi khusus untuk orang-orang yang dianggap menentang AS itu sempat terlaksana. Hal ini adalah sebagian kecil dari banyak rahasia tingkat tinggi yang tak diketahui dunia luar.

Sarkozy, yang pernah menyambut Qadhafi sebagai “pemimpin saudara” selama kunjungan kenegaraan ke Paris, dikatakan telah menerima jutaan uang dari Libya untuk mendanai kampanye pemilihannya tahun 2007.

Teori konspirasi akan menjadi perhatian besar bagi Inggris yang mengirim jet untuk mengebom Libya tahun 2012 dengan alasan tujuan ‘menyelamatkan nyawa sipil’.

Sebuah mandat PBB menyatakan bahwa sekutu Barat tidak bisa ikut campur dalam politik internal negara. Namun pengeboman hampir setiap hari terjadi dengan ‘penasihat’ militer Prancis dan Inggris membantu di lapangan.

Soal siapa pembunuh Qadhafi secara tersirat pernah disampaikan Mahmoud Jibril, yang menjabat sebagai Perdana Menteri interim, menyusul penggulingan Qadhafi. Ia mengatakan kepada televisi Mesir, “Itu adalah agen asing yang berbaur dengan brigade revolusioner untuk membunuh Qadhafi.”

Quote:

pemimpin perjuangan Palestina Yaseer Arafat (Mohammed Abdel Rahman Abdel Raouf Arafat al-Qudwa al-Husseini) (wikipedia)
Sebelumya, tokoh dan pemimpin perjuangan Palestina Yaseer Arafat (Mohammed Abdel Rahman Abdel Raouf Arafat al-Qudwa al-Husseini) masa jabatan 20 Januari 1996 – 11 November 2004, juga dipastikan dibunuh oleh agen rahasia sahabat CIA, Mossad dari Israel.

Misteri kematian mantan pemimpin Palestian Yasser Arafat kembali menjadi bahan pemberitaan sejak kematiannya yang mencurigakan banyak pihak.

Pasalnya, temuan terbaru pakar radiofisika dari Univeritas Lausanne, Swiss, Francois Bachud menunjukkan, pemimpin legendaris itu dibunuh menggunakan racun kimia jenis Polonium yang mengandung radioaktif.

Sebelumnya, salah satu teka-teki penyebab kematian Yasser Arafat disebut-sebut karena diracun zat kimia langka, jenis Thallium. Bachud melakukan penelitian di laboratorium di Swiss berdasarkan sampel biologis yang diambil dari benda-benda peninggalan Arafat.

“Kesimpulannya yakni kami menemukan kandungan besar polonium dalam sampel-sampel tersebut,” jelas Bochud yang merupakan Kepala Institut Radiofisika di Universitas Lausanne kepada Al-Jazeera dan dilansir oleh AFP, Rabu (4/7/2012).

Sampel itu diperoleh setelah Suha, istri Arafat menyerahkan beberapa benda peninggalan suaminya kepada rumah sakit militer Percy di Paris, Prancis. Di antaranya, pakaian terakhir yang dikenakan, sikat gigi, dan kafiyeh yang sering digunakan Arafat.

Yaseer Arafat sendiri meninggal di rumah sakit militer Percy di Paris pada usia 75 tahun. Saat itu, kematian penerima hadiah Nobel Perdamaian itu dikabarkan meninggal karena penyakit misterius. Agen rahasia Mossad dari Israel pun dituding berada dibalik kematian itu meski sampai saat ini tidak ada pembuktian mengenai hal itu.

Menurut pengamat sekaligus kolumnis surat kabar the New York Times, Kevin Barnett, beberapa kasus kematian sejumlah tokoh melibatkan CIA, termasuk juga kematian karena penyakit kanker.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar